“Taemin, kau perhatikan aku, apakah ada yang berbeda?” tanyaku sambil berkaca dikaca yang besar dikamar Taemin, seluruh tubuhku bisa terlihat dari kaca tersebut.
“ya aku tau, rambutmu kini berwarna coklat bukan?” jawabnya malas-malasan, mungkin dia malas mendengar pertanyaanku yang selalu mengenai penampilanku. Dia bangun dari kasurnya yg dibaluti sprei berwarna biru dan berjalan mendekatiku, “hey, coba ku lihat dengan seksama” katanya sambil menolehkan kepalaku kearahnya.
Aku mengikuti arah tangannya mengarahkan kepalaku, aku tersentak. Wajahnya hanya berkisar 20 centimeter dari wajahku. Aku terdiam, aku malu dengan keadaan itu tapi aku berusaha menahan perasaan itu karena dia adalah dongsaeng tiriku.
“kau cantik” pujinya lalu tersenyum manis. Selama dua bulan kami menjadi noona-dongsaeng, baru kali ini dia berkata dan tersenyum manis seperti itu padaku. Padahal biasanya dia selalu memarahiku karena dia menganggapku aku bukanna noona yang baik untuknya.
Aku semakin malu, wajahku panas. Ingin rasanya aku tersenyum tapi aku malu, gengsi untukku menerima pujian darinya, aku membohongi diriku sendiri dengan (berusaha) tertawa “kau lucu sekali!!! Aku memang cantik, apakah kau baru tau???” jawabku untuk menutupi rasa maluku tapi jarak wajahku dengan wajahnya tak berubah.
“kau tak percaya apa kataku? Kau benar benar cantik noona” pujinya lagi kemudian dia mendekati bibirnya kearah bibirku.
Hampir saja bibir kami menempel dan “TAEMIN~AH!!!!” teriakku kemudian mendorongnya “kau dongsaengku dan aku noonamu, kita bersaudara, ARASSO????” omelku lagi kemudian lari menjauhinya keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan keras.
Berjam-jam aku berdiam diri dikamar, aku masih merenungi kejadian yang aku alami tadi. Ada apa dengan Taemin? Sejak kapan sikapnya seperti itu padahal tadi pagi dia masih saja kurang ajar denganku. Tak terasa waktu menunjukan jam 7 malam, ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku untuk mengajakku makan “heh noona!!! Segera kau keluar, aku sudah lapar!!!!” teriak Taemin yang tetap terdengar keras dikupingku walaupun sudah terhalang dengan pintu kamarku yang terkunci.
“aku tidak lapar!!!” jawabku berteriak.
“heh bodoh, kau segeralah keluar! Aku sudah lapar!” teriaknya lagi.
“bisa kan kau makan tanpaku???”
“TIDAK BISAA!!!” jawab Taemin dengan suara yang lebih keras. “aku bukan noona jahat sepertimu yang membiarkan dongsaengnya mati kelaparan diluar hanya aku aku tak izin dahulu saat ingin bermain. Aku sudah besar, tak perlu aku izin dan tak perlu kau cemaskanku. Segeralah kau keluar atau aku tak akan makan!!”
Aku kaget, itu kejadian semalam. Ketika aku menguncinya diluar rumah karena dia tidak memberikan aku kabar jika dia ingin bermain, hal itu membuatku cemas setengah mati. “aa… mianhe…” jawabku.
“aku sudah lapar noona!!!” teriaknya lagi.
“ya, ya, ya, aku akan keluar!” jawabku lagi kemudian berjalan kearah pintu dengan lemah dan membuka pintu kamarku. dia langsung menarik tanganku, terlihat Taemin dengan rambut yang berantakan, sepertinya dia baru saja mandi. Selama perjalanan menuju ruang makan, kami berdua hanya terdiam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar